Wisata Ziarah ke Kepulauan Seribu

WISATA ZIARAH KE KEPULAUAN SERIBU Hai Sobat Wisata! Kepulauan Seribu menyimpan sejuta pesona dan juga memiliki beragam destinasi wisata yang tentunya tidak boleh kamu lewatkan. Salah satu destinasi menarik yakni wisata ziarah. Berikut beberapa destinasi wisata ziarah di Kepulauan Seribu yang telah dirangkum oleh Jakarta Tourism, 1. Makam Raja Pandita Makam Raja Pandita adalah salah satu wisata ziarah di Pulau Tidung. Raja Pandita bernama Aji Muhammad Sapu dengan nama kecil Kaca lahir di Malinau, Kalimantan Utarapada 20 Juli 1817 Raja Pandita yang memiliki gelar gelar Raja Tidung XXI merupakan raja yang berasal dari suku Tidung, Kalimantan Utara. Beliau sangat bersemangat untuk melawan penjajahan namun beliau tertangkap oleh pasukan Belanda dan diasingkan ke pulau yang dinamakan Pulau Tidung pada saat ini dan kemudian wafat di Pulau Tidung pada tahun1898.  Cara menuju makam Raja Pandita: Lokasi makam Raja Pandita dapat ditemukan sekitar 20 menit dari dermaga utama Pulau Tidung Besar  Transportasi dapat ditempuh melalui. 1. Dermaga Kali Adem, Muara Angke - Menggunakan kapal tradisional (Estimasi tarif: Rp50.000,00) Memakan waktu kurang lebih 2-3 jam perjalanan untuk sampai ke Pulau Tidung Waktu operasional: 1 hari 1 kapal (1 rute/tujuan) Senin-Jum'at, pukul 08.00 WIB - Menggunakan Kapal Express Bahari (Estimasi tarif: Rp85.000,00) Memakan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan untuk sampai ke Pulau Tidung Hari operasional: Rabu, Jum'at, Sabtu, Minggu 2. Dermana Marina, Ancol (Estimasi tarif: Rp100.000,00-Rp300.000,00) - Menggunakan Kapal Cepat/Speed Boat Waktu operasional: setiap hari, pukul 07.00-16.00 WIB 2. Makam Panglima Hitam Panglima Hitam atau yang disebut Kumpi Turuf adalah seorang Panglima Besar Malaysia yang melarikan diri dari Kerajaan Malaysia ke tanah Jawa bersama Putri Malysia dan singgah di Pulau Panjang, Kepulauan Seribu Utara. Setelah itu Panglima Hitam pergi dan tinggal di Pulau Tidung Kecil. Selama di pulau tersebut Panglima Hitam mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat, konon ilmu agama yang beliau ajarkan didapatkan dari Wali Allah yakni Maulana Malik Ibrahim hingga wafatnya beliau di Pulau Tidung Kecil. Cara menjangkau lokasi: Makam Panglima Hitam dapat ditemukan dengan berjalan kaki kira-kira 20 menit dari Dermaga Pulau Tidung Kecil. Transportasi dapat ditempuh melalui. 1. Dermaga Kali Adem, Muara Angke - Menggunakan kapal tradisional (Estimasi tarif: Rp50.000,00) Memakan waktu kurang lebih 2-3 jam perjalanan untuk sampai ke Pulau Tidung Waktu operasional: 1 hari 1 kapal (1 rute/tujuan) Senin-Jum'at, pukul 08.00 WIB - Menggunakan Kapal Express Bahari (Estimasi tarif: Rp85.000,00) Memakan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan untuk sampai ke Pulau Tidung Hari operasional: Rabu, Jum'at, Sabtu, Minggu 2. Dermana Marina, Ancol (Estimasi tarif: Rp100.000,00-Rp300.000,00) - Menggunakan Kapal Cepat/Speed Boat Waktu operasional: setiap hari, pukul 07.00-16.00 WIB 3. Makam Habib Ali Bin Ahmad Bin Zein Al-'Aidid Habib Ali Bin Ahmad Bin Zein Al-'Aidid seorang ulama yang berani merintis dakwah di kawasan terpencil dan berhasil. Ia adalah ulama dan mubalig asal Adramut yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Panggang dan sekitarnya.  Cara menjangkau lokasi: Makam Habib Ali Bin Ahmad Bin Zein Al-'Aidid terletak di Pulau Panggang. 1. Dermana Marina, Ancol (Estimasi tarif: Rp100.000,00-Rp300.000,00) - Menggunakan Kapal Cepat/Speed Boat Waktu operasional: setiap hari, pukul 07.00-16.00 WIB

Destinasi Wisata Religi dan Ziarah di Jakarta Barat yang Menarik Untuk Dikunjungi

Destinasi Wisata Religi dan Ziarah di Jakarta Barat yang Menarik Untuk Dikunjungi Hai Sobat Wisata! DKI Jakarta memiliki beragam wisata, salah satunya wisata religi dan ziarah di Jakarta Barat. Wisata ini akan memberikan manfaat kesejukan hati dan pikiran. Berikut beberapa destinasi wisata religi dan ziarah di Jakarta Barat yang menarik untuk dikunjungi, 1. Masjid Langgar Tinggi Pada papan di atas pintu masuk masjid ditulis bahwa Masjid Langgar Tinggi didirikan pada tahun 1249 H/1829 M. Masjid ini pertama kali dibangun oleh seorang muslim dari Yaman bernama Abu Bakar diatas tanah wakaf dari Syarifah Mas’ad Barik Ba’alwi. Bangunan tersebut lalu diperluas oleh Said Naum. Namun menurut Adolf Heuken, seorang sejarahwan yang banyak meneliti sejarah kota Jakarta, tahun 1249 H itu berbetulan dengan 1833 atau 1834 M, dan bukan 1829 M. Sehingga jika tahun Hijriyah yang dijadikan pedoman, maka paling jauh masjid itu didirikan pada 1833 M. Dari namanya, kemungkinan masjid ini semula hanyalah sebuah langgar atau musala (musholla, tempat shalat; surau), yang terletak di atas sebuah rumah penginapan di tepi Kali Angke. Pada abad ke 19, kali ini masih merupakan jalur pengangkutan dan perdagangan yang sibuk. Adalah Abu Bakar Shihab, seorang saudagar muslim asal Yaman, yang kemudian mendirikan tempat penginapan ini dengan langgar di bagian atasnya. Pada November 1833 Masjid Langgar Tinggi diperbaiki oleh Syekh Sa'id Na'um (Sa'id bin Salim Na'um Basalamah), seorang saudagar kaya asal Palembang yang kemudian menjabat sebagai Kapitan Arab di wilayah Pekojan. Kapitan Arab ini diserahi kewenangan untuk mengurus tanah yang diwakafkan oleh Syarifah Mas'ad Barik Ba'alwi, yakni lahan tempat Masjid Langgar Tinggi berdiri dan tempat pemakaman umum di Tanah Abang (kini menjadi lokasi Rumah Susun Tanah Abang di Kebon Kacang). Makam Syarifah Mas'ad Barik Ba'alwi ini berada di dekat Masjid Pekojan. Setelah masa itu Masjid Langgar Tinggi mengalami beberapa kali renovasi. Kini bagian bawah masjid tidak lagi difungsikan sebagai penginapan, melainkan sebagai kediaman pengurus masjid dan ruang toko. Demikian pula, dengan semakin dangkalnya Kali Angke dan semakin kotor airnya, pintu ke arah sungai --yang dahulu kemungkinan dipakai sebagai akses langsung pelancong sungai ke penginapan dan ke masjid-- kini ditutup Daya Tarik Masjid Masjid Langgar Tinggi terletak di Jalan Pekojan Raya No 43. Masjid yang berada di bantaran sungai ini diapit oleh Jalan Pekojan di sebelah utara dan Kali Angke di selatannya. Ukuran lantai dasar Masjid Langgar Tinggi adalah 8 × 24 m, membujur sejajar dengan jalan dan sungai. Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan gaya arsitektural Eropa, Tionghoa, dan Jawa. Pengaruh Eropa tampak pada pilar-pilar bergaya neoklasik Toskan. Sementara pengaruh Tionghoa tercermin pada hiasan penyangga balok, dan pengaruh Jawa pada denah dasarnya. Hiasan serupa tugu kecil di atas atap adalah warisan pengaruh Moor. Lantai masjid terbuat dari bilah-bilah papan kayu yang tebal. Di sisi barat masjid terdapat mihrab dan sebuah mimbar kayu. Mimbar tua (buatan tahun 1859) ini dibawa dari Palembang, sebagai penghargaan bagi Sa'id Na'um. Masjid Langgar Tinggi ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Cara Menjangkau Lokasi, Masjid Langgar Tinggi terletak di Jl. Pekojan Raya No.43,Tambora, Kota Jakarta Barat. Bagi sobat wisata yang ingin berkunjung dapat menggunakan transportasi publik menuju lokasi yakni Bus TransJakarta (Tarif: Rp3.500,00). Bus TransJakarta beroperasi setiap hari dengan waktu operasional 24. Jam. Naik Bus TransJakarta dari Halte Harmoni rute Blok M - Kota (koridor 1), kemudian turun di Halte TransJakarta Kota. Sobat wisata dapat melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 1,4 km yang memakan waktu kira-kira 17 menit menuju Masjid atau menggunakan jasa transportasi daring menuju lokasi dengan harga berkisar Rp13.000,00 - Rp20.000,00. 2. Masjid Jami' Al Anwar   Masjid Jami’ al Anwar didirikan pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H) Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur. Namun untuk pendirian masjid ini ada 2 pendapat.   Pertama, Sejarah pendirian masjid ini berkaitan erat dengan peristiwa di zaman Jenderal Adrian Valckenier (1737-1741), beberapa kali terjadi ketegangan antara VOC dengan rakyat dan orang Tionghoa. Ketegangan memuncak pada tahun 1740 ketika orang-orang Tionghoa bersenjata menyusup dan menyerang Batavia. Karena kejadian ini, sang jenderal sangat marah dan memerintahkan pembunuhan massal terhadap orang-orang Tionghoa. Peristiwa ini diketahui Pemerintah Belanda, sang jenderal dimintai pertanggungjawaban dan dianggap sebagai gubernur jenderal tercela. Akibatnya, ia kemudian dipenjarakan Pemerintah Belanda pada tahun 1741. Dan tak lama kemudian sang jenderal pun akhirnya mati di penjara.   Sewaktu terjadi pembunuhan massal itu, sebagian orang Tionghoa yang sempat bersembunyi dilindungi oleh orang-orang Islam dari Banten, dan hidup bersama hingga tahun 1751. Mereka inilah yang kemudian mendirikan Masjid Angke pada tahun 1761 sebagai tempat beribadah dan markas para pejuang menentang penjajah Belanda. Masjid konon juga sering dipakai sebagai tempat perundingan para pejuang dari Banten dan Cirebon.   Berdasarkan sumber Oud Batavia karya Dr F Dehan, masjid didirikan pada hari Kamis, tanggal 26 Sya’ban 1174 H yang bertepatan dengan tanggal 2 April 1761 M oleh seorang wanita keturunan Tionghoa Muslim dari Tartar bernama Ny. Tan Nio yang bersuamikan orang Banten, dan masih ada hubungannya dengan Ong Tin Nio, istri Syarif Hidayatullah. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Syaikh Liong Tan, dengan dukungan dana dari Ny. Tan Nio. Makam Syaikh Liong Tan, arsitek Masjid Jami Angke, yang berada di bagian belakang Masjid Jami Angke.   Kedua, Menurut sejarawan Heuken dalam bukunya Historical Sights of Jakarta, kampung di sekitar Masjid Angke dulu disebut Kampung Goesti yang dihuni orang Bali di bawah pimpinan Kapten Goesti Ketut Badudu. Kampung tersebut didirikan tahun 1709. Banyak orang Bali tinggal di Batavia, sebagian dijual oleh raja mereka sebagai budak, yang lain masuk dinas militer karena begitu mahir menggunakan tombak, dan kelompok lain lagi datang dengan sukarela untuk bercocok padi. Selama puluhan tahun orang-orang Bali menjadi kelompok terbesar kedua dari antara penduduk Batavia.   Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku Bali di Batavia, sejarawan Denys Lombard dan juga Adolf Heuken cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.   Selain orang-orang Bali, kampung sekitar masjid dulunya juga banyak dihuni masyarakat Banten dan etnis Tionghoa. Mereka pernah tinggal bersama di sini sejak peristiwa pembunuhan massal masyarakat keturunan Tionghoa oleh Belanda. Bahkan jika kita berkunjung ke tempat tersebut saat ini, akan kita lihat masih banyak warga etnis Tionghoa yang tinggal di perkampungan tersebut.Masjid Angke telah dipugar beberapa kali; meskipun demikian, masjid ini tidak kehilangan ciri-ciri asalnya. Antara tahun 1919 dan 1936 masjid ini pernah terbengkalai, akan tetapi dipugar kembali pada tahun 1951.   Daya Tarik Masjid   Arsitektur masjid ini memperlihatkan perpaduan yang harmonis di antara unsur-unsur budaya Bali, Belanda, Jawa, dan Tionghoa. Bentuk dasar bangunan yang bujur sangkar serta atap limasan yang bersusun dua memperlihatkan pengaruh Jawa. Ujung-ujung atapnya yang sedikit melengkung ke atas, mengacu pada gaya punggel rumah Bali. Sementara kusen-kusen pintu, daun pintu ganda, lubang angin di atas pintu, dan anak-anak tangga di depan menampilkan unsur Belanda. Jendela-jendela kayu, dengan terali kayu bulat torak yang dibubut, dan juga tiang-tiang utama, pun mengesankan pengaruh Jawa. Tetapi ada pula yang menganggap bahwa ujung atap yang melengkung itu lebih mirip atap rumah Cina, sedangkan tiang dan jendelanya terpengaruh Belanda.   Masjid ini juga mencerminkan keragaman etnis yang ada di Indonesia atau dulu disebut Nusantara sehingga, semua ini menjadi sebuah cerita sejarah maupun arsitektur yang sangat Bhinneka sekali. Dianggap sebagai sebuah representasi kebhinekaan etnik yang ada di Indonesia Mengingat nilai sejarahnya, Masjid Angke ditetapkan sebagai cagar budaya.   Di sekitar masjid ini dimakamkan orang-orang keturunan Arab, Bali, Banten, Pontianak, dan Tartar. Ada dua kelompok makam, yakni di belakang masjid, dan di depan, di seberang gang. Selain makam Ny. Chen, di halaman belakang masjid ada pula makam Syaikh Liong Tan, arsitek Masjid Angke; makam Syarifah Maryam; serta makam Syekh Jaffar yang konon adalah anak Pangeran Tubagus Angke. Sementara itu di seberang jalan di depan masjid terletak makam Pangeran Syarif Hamid Alkadrie, keturunan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie --pendiri Kesultanan Pontianak. Di belakangnya terdapat makam Ibu Ratu Pembayun Fatimah, anak dari Sultan Maulana Hasanuddin --penguasa Kesultanan Banten. Konon katanya disini juga terdapat Makam Tubagus Angke. Cara Menjangkau Lokasi, Masjid Jami' Al Anwar terletak di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat. Bagi sobat wisata yang ingin berkunjung dapat menggunakan transportasi publik menuju lokasi yakni Bus Trans Jakarta.(Tarif: Rp3.500,00). Bus TransJakarta beroperasi setiap hari dengan waktu operasional 24. Jam. Naik Bus TransJakarta dari Halte Semanggi rute Pinang Ranti - Pluit (koridor 9), kemudian turun di Halte TransJakarta Jembatan Dua. Sobat wisata dapat melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 400 meter yang memakan waktu kira-kira 5 menit menuju Masjid atau menggunakan jasa transportasi daring menuju lokasi dengan harga berkisar Rp13.000,00 - Rp20.000,00. 3. Makam Keramat Angke Salah satu makam yang terkenal di makam keramat angke yaitu makam Pangeran Syarif Hamid Al Qadri merupakan putra Sultan Pontianak yang dibuang ke Batavia pada masa pemerintahan Belanda. Semasa hidupnya ia dikenal sebagai ulama dan pejuang. Makam Pangeran Syarif Hamid Al Kadri sendiri berada di bawah cungkup, ditutupi kelambu berwarna kuning keemasan di bagian bawah dalamnya. Ayahnya, Sultan Syarif Abd. Rachman Al Kadri, adalah pendiri Kota Pontianak. Untuk mengenang jasa-jasanya banyak dari masyarakat berkunjung untuk menziarahi makamnya. Makam ini banyak dikunjungi oleh para peziarah pada malam Jum’at dengan membaca surat Yasin secara bersama-sama. Makam Keramat Angke juga selalu dipadati ribuan peziarah saat diadakan Haul yang biasanya diselenggarakan satu hari setelah hari raya Idul adha. Di sini juga rutin diadakan kegiatan-kegiatan hari besar islam. Cara Menjangkau Lokasi, Makam Keramat Angke terletak di Jalan Pangeran Tubagus Angke Gg. Mesjid I No.05, Tambora, Kota Jakarta Barat. Bagi sobat wisata yang ingin berkunjung dapat menggunakan transportasi publik menuju lokasi yakni Bus Trans Jakarta.(Tarif: Rp3.500,00). Bus TransJakarta beroperasi setiap hari dengan waktu operasional 24. Jam. Naik Bus TransJakarta dari Halte Semanggi rute Pinang Ranti - Pluit (koridor 9), kemudian turun di Halte TransJakarta Jembatan Dua. Sobat wisata dapat melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 400 meter yang memakan waktu kira-kira 5 menit menuju makam atau menggunakan jasa transportasi daring menuju lokasi dengan harga berkisar Rp13.000,00 - Rp20.000,00. 4. Makam Guru Al Mansur Guru Mansur ialah ulama yang mempunyai keahlian dalam suatu disiplin ilmu tertentu, mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa dan memiliki kemampuan mengajar kitab. Nama asli beliau ialah Muhammad Mansur, beliau merupakan sosok pejuang sekaligus pendakwah pada masa penjajahan Belanda. Guru Mansur adalah pengajur kemerdekaan Indonesia. Beliau menyerukan agar bangsa Indonesia memasang atau mengibarkan bendera merah putih.  Beliau menyerukan persatuan umat dengan slogannya yang terkenal, ‘rempuk!’ Yang artinya musyawarah. Cara Menjangkau Lokasi, Makam Guru Al Mansur terletak di Jalan Sawah Lio lV No 25, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Bagi sobat wisata yang ingin berkunjung dapat menggunakan transportasi publik menuju lokasi yakni Mikrotrans Jak Lingko (Tarif: Rp5.000,00 per 3 jam). Jak LIngko beroperasi setiap hari pukul 05.00 - 22.00 WIB. Naik Mikrotrans Jak Lingko dari Halte Tanah Abang rute Tanah Abang - Kota Intan Via Jembatan Lima (Jak.13), kemudian turun di Pasar Mitra. Sobat wisata dapat melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 400 meter yang memakan waktu kira-kira 5 menit menuju makam atau menggunakan jasa transportasi daring menuju lokasi dengan harga berkisar Rp13.000,00 - Rp25.000,00. 5. Makam Pangeran Wijaya Kusuma Pangeran Wijaya kusuma merupakan seorang penasihat dan panglima perang pada masa kejayaan Pangeran Jayakarta. Wijaya berarti kemenangan dan Kusuma artinya kembang. Sehingga jika diartikan Wijaya kusuma yaitu sebagai, Kembang Kemenangan. Pangeran Wijaya Kusuma ditugaskan mendampingi pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama atas perintah Sultan Banten Maulana Yusuf. Cara Menjangkau Lokasi, Makam Pangeran Wijaya Kusuma terletak di Jalan Pangeran Tubagus Angke No.9, Wijaya Kusuma, Kec. Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat. Bagi sobat wisata yang ingin berkunjung dapat menggunakan transportasi publik menuju lokasi yakni Bus TransJakarta (Tarif: Rp3.500,00). Bus TransJakarta beroperasi setiap hari dengan waktu operasional 24. Jam. Naik Bus TransJakarta dari Halte Harmoni rute Harmoni - Gogol (koridor 6A), kemudian turun di Halte Grogol 2. Sobat wisata dapat melanjutkan dengan menggunakan jasa transportasi daring menuju lokasi. Harga berkisar Rp30.000,00 - Rp40.000,00.

6 Destinasi Wisata Religi dan Ziarah di Jakarta Timur yang Wajib Kamu Kunjungi

6 Destinasi Wisata Religi dan Ziarah di Jakarta Timur yang Wajib Kamu Kunjungi Hai Sobat Wisata! DKI Jakarta yang menyimpan sejuta pesona menjadi destinasi wisata yang menarik dikunjungi. Mulai dari wisata kuliner, bangunan bersejarah dan lainnya. Tahukah kamu bahwa di Jakarta Timur terdapat beragam wisata religi dan ziarah yang wajib kamu dikunjungi. Berikut beberapa destinasi wisata religi dan ziarah yang direkomendasikan oleh Jakarta Tourism. 1. Vihara Amurya Bhumi Vihara Amurva Bhumi adalah Vihara yang telah berusia lebih dari 330 tahun dan merupakan vihara tertua di Jakarta Timur. Vihara ini terletak di Pasar Lama, Jatinegara, Jakarta Timur. Bangunan vihara ini didominasi oleh warna merah dan kuning. Di dalamnya terdapat patung Dewa serta lilin merah yang terus menyala sebagai simbol cahaya kehidupan. Cermin yang menghiasi sekeliling dinding yang sangat khas tionghoa menjadi simbol kesucian atau kebersihan. Terdapat pula tiga buah beduk di dalam Vihara. Beduk dibunyikan sebelum melakukan persembahyangan sebagai salah satu bentuk panggilan kepada para dewa   Vihara Amurva Bhumi selalu didatangi oleh umat Buddha yang ingin beribadah sehari-hari, selain itu pada saat imlek serta hari-hari besar lainnya, vihara selalu dipenuhi oleh para jemaat dari berbagai daerah Cara menjangkau lokasi: Anda dapat menggunakan KRL dan turun di Stasiun Jatinegara lalu berjalan menuru vihara selama 10 menit 2. Pura Aditya Jaya Pura Aditya Jaya merupakan sebuah Pura Hindu yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur. Pura ini salah satu kebanggaan bagi Warga DKI Jakarta karena merupakan Pura terbesar di DKI Jakarta. Pura ini dibangun dalam tujuh tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 1972, dan tahap terakhir pada tahun 1997. Wilayah Pura ini cukup luas, dan diisi dengan beragam bangunan dan ornamen dengan gaya khas Bali. Pengunjung yang datang ke Pura ini diwajibkan untuk mengenakan kain atau selendang. Saat memasuki lokasi, pengunjung akan dibuat nyaman oleh rindangnya sekeliling kompleks karena terlindung oleh pohon-pohon besar yang tumbuh. Saat hari besar agama Hindu, ribuan umat Hindu datang mengunjungi Pura Aditya Jaya untuk melakukan ritual. Selain sebagai tempat ibadah, Pura Aditya Jaya juga difungsikan sebagai tempat latihan atau beragam pementasan kesenian Bali. Cara menjangkau lokasi: Pura Aditya Jaya terletak di Jalan Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta Timur. Untuk sobat wisata yang ingin pergi ke Masjid tersebut bisa menjangkaunya dengan transportasi umum yakni, Bus TransJakarta dengan waktu operasional setiap hari dan 24 jam (tarif: Rp3.500,00). Naik Bus TransJakarta dari Halte Cempaka Mas dengan rute Tanjung Priok - PGC 2 (koridor 10). Turun di Halte Utan Kayu Rawamangun dan lanjutkan dengan berjalan menuju lokasi. (sekitar 280 meter dan memakan waktu kira-kira 3 menit). 3. Masjid Jami Assalafiyah Masjid Jami Assalafiyah berasal dari beberapa kata dalam bahasa Arab. "Masjid" adalah tempat peribadatan kaum muslim. "Jami" artinya besar. "Assalafiyah" berasal dari kata "[salaf]" adalah kependekan dari "Salaf al-Ṣāliḥ" (Arab: السلف الصالح), yang artinya "pendahulu yang saleh". Dalam sejarah Islam, "pendahulu yang saleh" ini merujuk kepada tiga generasi terbaik umat Muslim, yaitu sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in. Ketiga generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik dalam menjalankan syariat Islam. Sedangkan "yah" berarti pengikut. Sehingga, artinya "Pengikut Para Pendahulu Yang Saleh." Masjid Jami Assalafiyah yang mulai dibangun pada tahun 1620 merupakan masjid bersejarah sekaligus bangunan cagar budaya yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor 475 Tahun 1993. Selain itu, masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Pangeran Jayakarta (Achmad Jakerta) karena di kompleks masjid terdapat makam Pangeran Jayakarta, kerabat dan anaknya. Pangeran Jayakarta merupakan seorang pahlawan yang memiliki andil besar dalam perjuangan mengusir Belanda dari Ibukota.  Masjid ini telah beberapa kali direnovasi dan diperluas, tetapi beberapa bagian masjid tetap dipertahankan sesuai bangunan awalnya. Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Masjid Assalafiyah saat ini berdiri di atas tanah seluas 7.000 m2 dengan luas bangunan 450 m2. Daya tampung jamaahnya 800 orang, dan jumlah pengurusnya 25 orang. Cara Menjangkau Lokasi: Masjid Assalafiyah terletak di Jalan Jatinegara Kaum, Klender, Jakarta Timur. Untuk sobat wisata yang ingin pergi ke Masjid tersebut bisa menjangkaunya dengan transportasi umum yakni, Bus TransJakarta dengan waktu operasional setiap hari dan 24 jam (tarif: Rp3.500,00). Naik Bus TransJakarta dari Halte Cempaka Mas dengan rute Tanjung Priok - PGC 2 (koridor 10). Turun di Halte Pedati Prumpung dan lanjutkan dengan menggunakan transportasi daring menuju lokasi (estimasi tarif: Rp15.000,00 - Rp28.000,00). 4. Makam Pangeran Jayakarta Salah satu kawasan wisata ziarah Islam yang sayang untuk ditinggalkan bagi anda yang datang ke Jakarta adalah Kawasan Jatinegara Kaum. Kawasan ini berlokasi di jalan Jatinegara Kaum No.49, RT.6/RW.3, Jatinegara Kaum, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur.   Kawasan Jatinegara Kaum merupakan perkampungan tempat Pangeran Jayakarta tinggal. Pangeran Jayakarta sendiri dikenal sebagai pemimpin Jakarta pada masa penjajahan Belanda tahun 1619-1640. Sejak tahun 1619 setelah pelabuhan Jayakarta dikalahkan oleh pasukan VOC di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen. Pangeran Jayakarta lalu melarikan diri ke Jatinegara dan menjadikan kawasan ini sebagai tempat pemerintahan. Ia lalu membangun sebuah masjid yang diberi nama masjid Assalafiyah. Di masjid ini, Pangeran Jayakarta mengatur strategi melawan Belanda hingga wafat pada tahun tahun 1640 dan di makamkan tepat di samping masjid.    Makam Pangeran Jayakarta sampai saat ini tidak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah, terutama pada saat hari-hari besar Islam. Banyak masyarakat percaya bahwa berziarah dan berdoa kepada Tuhan di makam-makam para leluhur tersebut dapat membuat doa kita terkabul. Cara Menjangkau Lokasi: Untuk menuju ke Kawasan Jatinegara Kaum, anda dapat menggunakan kereta dan berhenti di stasiun Klender, lalu berjalan kaki menuju lokasi. 5. Makam Pangeran Sanghyang Pangeran Sanghyang (Rd. Syarif Bin Pangeran Senapati Ngalaga) merupakan seorang tokoh agama yang berasal dari Banten. Pada masa hidupnya, Pangeran sanghyang aktif menyiarkan agama Islam serta berjuang mengusir penjajahan Belanda bersama tokoh-tokoh lainnya pada masanya. Pangeran Sanghyang pun sempat dibuang oleh VOC ke Sri Langka selama 4 tahun dari tahun 1746 hingga 1750   Komplek makam Pangeran Sang Hyang ini dibangun pada abad ke-18 dan berlokasi hanya sekitar 100 meter dari makam Pangeran jayakarta  yaitu di Jalan Jatinegara Kaum No.55, Jatinegara Kaum. Makam ini dilindungi oleh sebuah bangunan permanen seluas 8 x 7 m dengan arsitektur bergaya Jawa-Isalm. Didalam bangunan tersebut terdapat makam Pangeran Sanghyang dan makam lainnya, diantaranya istri Pangeran Sang Hyang yang bernama Tembayung Sari. Pada bagian tengah bangunan terletak sebuah potongan pohon tua yang cukup besar. Bagian makam Pangeran Sang Hyang ditutup kelambu kain putih, sedangkan setiap nisannya ditutup kain berwarna hijau. Cara Menjangkau Lokasi: anda dapat menggunakan kereta dan berhenti di stasiun Klender, lalu berjalan kaki menuju Kawasan Jatinegara Kaum. Lokasi Makam Pangeran Sanghyang berada tidak jauh dari makam Pangeran Jayakarta   6. Makam Pangeran Syarif Datuk Banjir Pangeran Syarif Datuk Banjir merupakan salah seorang penyebar dakwah Islam di Jayakarta. Gelar Dato atau Datuk sendiri lazimmnya disematkan pada ulama atau tokoh yang disegani pada abad 17 hingga ke 19. Syarif Datuk Banjir juga diakui sebagai orang yang menyematkan nama Lubang Buaya. Makam Pangeran Syarif Datuk Banjir terletak di kompleks makam keramat Lubang Buaya, Jakarta Timur. Posisinya tepat di balik tembok belakang Monumen Pancasila Sakti. Di kompleks ini, ada empat nisan berjajar yang seluruhnya merupakan keluarga Datuk. Setibanya di depan lokasi pemakaman, peziarah akan disambut dia patung harimau kecil yang terletak di tiang depan kompleks. Memasuki ke sebuah kamar yang berukuran 2x3 meter, terdapat sebuah ranjang besi biru lengkap dengan aksesorinya. Di bawah ranjang tersebut, disebut terdapat makam Pangeran Syarif Datuk Banjir. Cara Menjangkau Lokasi: Makam Pangeran Syarif Datuk Banjir  terletak di Jalan Kramat P. Syarif No.3, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sobat wisata yang ingin pergi ke lokasi tersebut bisa menjangkaunya dengan transportasi umum yakni, Bus TransJakarta dengan waktu operasional setiap hari dan 24 jam (tarif: Rp3.500,00). Naik Bus TransJakarta dari Halte Semanggi dengan rute Pluit - Pinang Ranti (koridor 9). Turun di Halte Pinang Ranti dan lanjutkan dengan menggunakan transportasi daring menuju lokasi (estimasi tarif: Rp13.000,00 - Rp20.000,00).  

Begini Cara Disparbud DKI Jakarta Melestarikan Kebudayaan Betawi

http://wartakota.tribunnews.com/2019/05/28/begini-cara-disparbud-dki-jakarta-melestarikan-kebudayaan-betawi. Penulis: Anggie Lianda Putri Editor: Panji Baskhara Pemerintah Provisi atau Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atau Disparbud DKI Jakarta lestarikan kebudayaan Betawi saat ini.   Diketahui, pelestarian kebudayaan Betawi dilakukan sebagai bentuk dari implementasi pelaksanaan Peraturan Daerah atau Perda Nomor 4 Tahun 2015.   Perda tesebut berisi tentang pelestarian kebudayaan Betawi, serta Pergub Nomor 229 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi.   Menurut Kepala Seksi Bidang Nilai Budaya dan Sejarah Disprbud DKI Jakarta, Puji Surono walau Jakarta merupakan kota metropolitan, bukan berarti tidak memiliki budaya tradisional.   "Justru budaya Jakarta sangat banyak jenisnya dan beragam. Bahkan tidak hanya memiliki budaya yang bisa dilihat dan berbentuk fisik, tetapi ada pula yang tidak berbentuk atau bukan termasuk benda,"ujar Puji kepada Warta Kota, Selasa (28/5/209).   Maka dari itu ada salah satu cara yang dilakukan Disparbud, agar para masyarakat mengenal dan ikut serta melestarikan budaya yang diwariskan.   Yakni dengan mengadakan lomba karya tulis ilmiah bertemakan nilai-nilai budaya Betawi.   "Hal ini perlu kita lakukan karena dimanapun bangsa berada, harus memegang teguh budayanya. Apalagi banyak budaya Indonesia yang selama ini di klaim oleh negara asing," kata Puji.   Adapun jenis kesenian yang dilombakan.   Antara lain tradisi dan ekspresi lisan, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan, pengetahuan tradisional, serta kemahiran dan kerajian tradisional.   Tak hanya itu, lomba ini juga memperebutkan hadiah dengan total Rp 100 juta.   "Kami berharap para pesertanya dapat mendukung dan peduli akan budaya yang ada di Jakarta. Jika event ini berhasil, kedepannya kami akan melakukannya terus menerus, bahkan setahun bisa kita adakan sampai dua kali," ungkap Puji.   Adapun periode lomba, mulai dari tahap pendaftaran dan penyerahan karya tulis berlangsung hingga 10 Juni 2019 mendatang.   Sementara pengumuman pemenang akan dilakukan pada 21 Juni 2019 di PTSB Asem Baris, Jakarta Selatan.   Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat bisa mengakses www. Jakarta-tourism.go.id.

Taman Margasatwa Ragunan Renovasi 2020

https://www.validnews.id/Taman-Margasatwa-Ragunan-Mulai-2020-jky   JAKARTA – Komisi D DPRD DKI Jakarta mendukung Rencana Pemprov DKI merevitalisasi Taman Margasatwa Ragunan (TMR) tahun 2020. Ketua Komisi D DPRD DKI, Iman Satria, mengatakan, kondisi TMR saat ini memang perlu penambahan sarana dan prasarana pendukung. "Sebagai salah satu ikon wisata di Ibukota, kondisi Taman Margasatwa Ragunan memang perlu dipercantik. Saya mendukung rencana revitalisasi itu," ujar Iman, Rabu (3/4). Diungkapkan Iman, DPRD ibu kota sudah meninjau langsung kondisi Taman Margasatwa Ragunan. Dari hasil peninjauan itu, pihak legislatif meminta Dinas Kehutanan mengajukan konsep desain revitalisasi. Dewan, lanjut Iman, menginginkan revitalisasi dapat memaksimalkan luas lahan dengan konsep yang modern dan natural layaknya Taman Safari. Tujuannya ujar dia seperti dikutip dari beritajakarta, agar masyarakat yang berkunjung merasa nyaman, puas dan bangga dengan Taman Margasatwa Ragunan. "Tempat wisata selain tempat refreshing juga jadi tempat edukasi bagi anak-anak. Komisi D mendukung revitalisasi TMR," ujar dia. Pemprov DKI Jakarta berencana merevitalisasi Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan. Konsep revitalisasi tersebut disayembarakan ke publik. Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta Edy Junaedi mengatakan, sayembara digelar untuk mengajak warga terlibat dalam pembangunan Jakarta. Ide sayembara seperti ini sudah dilakukan di Kawasan Monas dan Taman Ismail Marzuki (TIM). "Jadi itu kolaborasi ya melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan kota, termasuk dalam penentuan desain dan tempat tempa wisata juga melibatkan masyarakat, ini bukan yang pertama. Sebelumnya Monas, TIM, ini yang ketiga," kata Edy saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (28/3). Rencananya, Ragunan akan dirombak secara keseluruhan agar lebih modern dan kekinian. Pengerjaan revitalisasi ditargetkan akan dimulai pada tahun depan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro). "Jadi latar belakangnya ya kebutuhan. Kebutuhan desain yang sekarang sangat out of date, ketinggalan. Pelaksanaan (desain) tahun ini. Itu bertahap, jadi pengerjaannya tahun depan," ujar Edy. Ihwal Taman Margasatwa Ragunan, berawal dari kebaikan hati Raden Saleh, pelukis tersohor di Indonesia yang menyumbangkan 10 hektare (ha) lahannya di Jalan Cikini Raya untuk tempat peragaan satwa. Lahan itu disumbangkan pada perhimpunan penyayang flora dan fauna bernama "Culture Vereniging Planten en Direntuin at Batavia". Dengan nama "Planten en Direntuin", taman margasatwa itu diresmikan pada 19 September 1864. Empat tahun setelah merdeka, Cikini dianggap tidak cocok lagi untuk menampung satwa-satwa. Sejak saat itu, mulai lah dibangun Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang. Tujuannya, untuk memindahkan kebun binatang di Cikini ke Ragunan, Pasar Minggu. Hingga akhirnya, dengan membawa lebih dari 450 satwa dari Cikini, Taman Margasatwa Ragunan resmi dibuka pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur Ali Sadikin. Pada Sabtu, 20 September 2014, saat perayaan ulang tahunnya yang ke-150, Taman Margasatwa Ragunan meresmikan patung dada pendirinya, Raden Saleh. (Leo Wisnu Susapto)

Festival Seni Budaya Sepanjang Tahun

http://wartakota.tribunnews.com/2019/03/22/genjot-kunjungan-wisatawan-jakarta-gelar-festival-seni-budaya-sepanjang-tahun. Editor: Dian Anditya Mutiara     DEMI meningkatkan angka kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta akan menggelar Festival Seni Budaya Sepanjang Tahun 2019.   Langkah ini dilakukan sesuai dengan amanat Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Festival Seni Budaya Sepanjang Tahun.   Festival Seni Budaya Sepanjang Tahun (FSBST) merupakan rangkaian festival atau pertunjukan seni budaya di daerah yang menyajikan berbagai bentuk karya seni dan budaya berskala lokal, nasional, atau internasional dengan kekhasan masing-masing.   Penyelenggaraan FSBST dapat memberikan pengaruh positif bagi pariwisata di Jakarta, antara lain pelestarian dan pengembangan seni budaya, peningkatan ekonomi masyarakat, naiknya kunjungan wisatawan, ekonomi pelaku seni, sebagai bentuk promosi invenstasi di Jakarta dan meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata.   Pertunjukan seni budaya yang dapat menjadi bagian dari FSBST meliputi festival religi, pertunjukan kesenian dan kebudayaan, dan festival ulang tahun Jakarta.   Sebagai bentuk implementasi dari Pergub 18 Tahun 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta telah menyelenggarakan Festival Pecinan Tahun 2019 yang diselenggarakan di Glodok, Jakarta Barat pada bulan februari lalu.   Berbagai macam atraksi ditampilkan di festival tersebut, dari Barongsai, Gambang Kromong, Wayang Potehi hingga Pagelaran Tari.   Penyelenggaraan event Java Jazz Festival juga berhasil menyedot ribuan massa sukses digelar awal tahun.   Tidak berhenti disitu sepanjang tahun 2019 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama para penyelenggara event akan kembali mengelar sejumlah event,  diantaranya Pekan Raya Jakarta, Jakarnaval, Jakarta Fashion and Food Festival, Jakarta Great Sale, We The Fest, Inacraft, International Indonesia Motor Show dan dipenghujung tahun akan ditutup dengan Big Bang yang akan menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Jakarta.   Selama tahun 2018 sebanyak 528 event berhasil diselenggarakan, melonjak lebih dari 200 persen dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya ada 167 event.   Paling banyak diselenggarakan adalah event acara musik dan pameran, untuk tahun 2019 diproyeksi 600 event akan kembali hadir.   “Dengan adanya Pergub 18 Tahun 2019, diharapkan pada tahun ini ada kenaikan jumlah penyelenggaran sebanyak 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Edy Junaedi dalam rilisnya yang diterima Wartakotalive.com, Jumat (22/3/2019) Festival dan event yang diselenggarakan sudah melalui tahap kurasi oleh tim kurator, dengan harapan akan menghasilkan festival berskala internasional.   Selain itu, imbuh Edy,  ada pemberian insentif dalam bentuk fiskal dan non fiskal juga kepada pihak penyelenggara festival yang terpilih melalui proses kurasi.   Insentif fiskal berupa pengurangan pajak dan pembebasan retribusi yang berhubungan dengan pelaksaan festival, sementara itu insentif non fiskal berupa publikasi, perizinan pemasangan reklame, dan kemudahan mengurus perizinan.   Pemberian insentif bagi para pelaksana event diharapkan mampu merangsang dunia industri kreatif untuk bisa membuat event berskala internasional.   Dengan adanya festival sepanjang tahun bisa menjadi destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing untuk datang ke Jakarta, sehingga target kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 38 Juta dan wisatawan mancanegara sebanyak 2,9 Juta dapat tercapai.   Bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jakarta dapat memberi dampak ekonomi langsung bagi industri pariwisata dan masyarakat Jakarta, selain itu penyelengaraan festival seni sepanjang tahun sebagai bentuk menjaga eksistensi dan mengembangkan ekspresi kebudayaan.

Mengenal Silat Cingkrik

Silat Cingkrik sangat masyur bagi masyarakat Betawi. Konon, Silat Cingkrik sudah ada sejak tahun 1920-an. Sejumlah sumber menyebutkan, gerakan-gerakan dalam Silat Cingkrik terinspirasi dari gerak-gerik seekor monyet.   Wakil Ketua Bidang Pelestarian dan Pengembangan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Yahya Andi Saputra mengatakan, berdasarkan cerita tutur kelahiran Silat Cingkrik tidak terlepas dari cerita permaisuri kerajaan Padjajaran yang mengasingkan diri ke hutan. "Saat di hutan, permaisuri itu memperhatikan gerak-gerik binatang, teruma ular, macan, dan monyet. Termasuk, ketika hewan-hewan itu menyerang mangsa. Itulah yang menjadi rujukan gerakan Silat Cingkrik," ujarnya, Senin (18/3).   Yahya menjelaskan, secara etimoligis Cingkrik berasal dari kata cicingkrikan, jingke atau jinjit. Gerakannya mirip orang menari karena dilakukan sambil berjinjit. "Kalau jurus Cingkrik itu seperti tarian tapi mematikan, lentur tapi memiliki kekuatan. Aliran silat Cingkrik pertama kali diperkenalkan di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat, dan salah satu pendekar yang terkenal menguasai Cingkrik adalah Pitung," terangnya.   Silat Cingkrik, sambungnya, memiliki 12 jurus dasar dan tiga jurus sambut. Jurus dasar itu meliputi, Keset Bacok, Keset Gedor, Cingkrik, Langkah Tiga, Langkah Empat, Buka Satu, Saup, Macan, Tiktuk, Singa, Lokbe, dan Longok. "Gerakan gabungan kedua belas jurus tersebut dinamakan Bongbang, yang kerap dipertontonkan dalam pertunjukan atau atraksi beladiri," tuturnya.   Ia menambahkan, hingga saat ini terdapat dua aliran Silat Cingkrik yang banyak dipelajari. Kedua aliran itu yakni, Cingkrik Goning dan Cingkrik Sinan.   Cikrik Goning diperkenalkan oleh Engkong Goning. Pria bernama asli Anin Bin Urim tersebut lahir tahun 1895 dan wafat pada 1975 atau di saat berumur 80 tahun. Engkong Goning merupakan salah seorang pejuang dari tanah Betawi, tepatnya di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.   Sementara, aliran silat Cingkrik Sinan dikembangkan Engkong Sinan yang mendirikan perguruan Cingkrik di kawasan Condet, Lebak Bulus, dan Rawamangun. "Langkah dan gerakan seperti kuda-kuda dan gerakan tangan dalam Cingkrik Goning lebih melebar. Sedangkan, dalam Cingkrik Sinan pendek-pendek atau tidak terlalu lebar," tandasnya.     Reporter : Mustaqim Amna | Editor : Toni Riyanto | Beritajakarta.id

Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Dokumen Penerimaan PJLP 2019

Berikut adalah pengumuman peserta yang lolos tahap administrasidan diharapkan agar hadir untuk mengikuti seleksi kompetensti berupa tes seleksi Teknis dan  Wawancara yang akan dilaksanakan pada :   Hari           : Rabu Tanggal     : 26 Desember 2018 Pukul         : 08.00 WIB Tempat      : Gedung Mandala Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Acara         : Seleksi Teknis dan Wawancara Penerimaan Penyedia Jasa Lainnya Perorangan tahun 2018 untuk                     Petugas Keamanan dan Petugas Kebersihan Pakaian     : Kemeja Putih lengan Panjang, Celana Panjang Hitam Tambahan : Harap membawa KTP Asli dan Surat Keterangan Pindah/Resi   Hari            : Kamis Tanggal      : 27 Desember 2018 Pukul          : 08.00 WIB Tempat       : Gedung Mandala Wisata Dinas PAriwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Acara          : Seleksi Teknis dan Wawancara Penerimaan Penyedia Jasa Lainnya Perorangan tahun 2018 untuk                      Petugas Penunjang Kantor/Rumah Tangga Pakaian      : Kemeja Putih lengan Panjang, Celana Panjang Hitam Tambahan  : Harap membawa KTP Asli dan Surat Keterangan Pindah/Resi   Pengumuman Final.pdf Berikut ini adalah file hasil seleksi Administrasi untuk lowongan Petugas Kebersihan Kantor : Kebersihan Final.pdf Berikut ini adalah file hasil seleksi Administrasi untuk lowongan Petugas Keamanan : SATPAM FINAL.pdf Berikut ini adalah file hasil seleksi Administrasi untuk lowongan Penunjang Kantor : Penunjang Kantor FINAL.pdf    

Pengumuman Penerimaan PJLP Pendamping Wirausaha (Bidang Industri Pariwisata) Disparbud.

Seleksi terbuka PJLP (Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan) Pendamping Wirausaha Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta    Jadilah bagian dari penciptaan wirausaha baru di DKI Jakarta dengan menjadi PJLP Pendamping Wirausaha Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 dengan jumlah formasi sebanyak 8 orang.   PERSYARATAN: 1. Memiliki KTP DKI Jakarta; 2. Pendidikan minimal Sarjana (S1) atau yang setara, dengan IPK diutamakan minimal 2,75; 3. Berusia 23-50 tahun; 4. Berkelakuan baik dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK); 5. Diutamakan pernah memiliki usaha yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Usaha atau dokumen perizinan usaha lainnya; 6. Bersedia untuk bekerja penuh waktu sebagai PJLP Pendamping Wirausaha dan tidak menggunakan atribut komunitas saat bekerja, dibuktikan dengan surat pernyataan; 7. Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan berbadan sehat dari puskesmas/klinik/rumah sakit; 8. Bebas narkoba dibuktikan dengan Surat Keterangan Bebas Narkoba; 9. Dinyatakan kompeten sebagai pendamping wirausaha dan mendapat sertifikat kompetensi pendamping wirausaha dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Kompetensi) setelah mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi pendamping wirausaha yang akan difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bagi pelamar yang dinyatakan lulus; 10.Melampirkan rekening bank DKI (setelah dinyatakan lulus); 11.Menyerahkan fotokopi NPWP (setelah dinyatakan lulus); 13.Surat pernyataan tidak menuntut diangkat menjadi PNS dan P3K (setelah dinyatakan lulus); 14.Surat pernyataan tidak menuntut apabila proses rekrutmen PJLP Petugas Pendamping Wirausaha dibatalkan karena ketentuan dan keputusan yang ada. Pelamar terlebih dahulu mengisi formulir di https://bit.ly/pjlp-wirausaha Untuk info lengkap mengenai tata cara pendaftaran, jadwal seleksi dan info lain silakan unduh tautan dibawah ini: Penerimaan PJLP Pendamping Wirausaha (Bidang Industri Pariwisata) Disparbud.pdf